Rintik hujan di
sertai dinginnya malam yang menusuk kulit tubuhnya yang tipis dan karung besar
berisi botol- botol bekas diantara kebisingan kota Jakarta menjadi sahabat nya
setiap hari untuk menyambung hidup.
Tubuhnya kecil dan kurus, kulitnya hitam, mencerminkan seorang yang
hidupnya tidak mudah. Wajah sayunya menggambarkan hari ini tidaklah mudah untuk
ia lalui.
Matanya sayu, tatapan nya kosong, ketika ditanya berapa yang ia peroleh dari karung besar yang berisi botol- botol bekas yang ia kumpulkan tak kenal waktu, “ 1 karung harga nya tiga ribu sama goceng.” Jawabnya dengan suara lembut sambil menyeruput teh yang ia genggam.
Kewajiban selalu ia pikul tapi hak tak pernah ia jinjing. Kerasnya Jakarta menjadi satu- satu nya saksi kerasnya hidup yang ia alami, seolah hidup tidak adil dan tak berpihak padanya. Matanya berlinang air mata ketika ia menunjukan tempat terakhir peristirahatan Ibunya, seolah dari pancaran matanya mengatakan bahwa ia rindu sosok pelukkan Ibu yang telah satu tahun meninggalkannya.
Hidup memang terkadang sekajam itu dik, mungkin dunia bukanlah tempat yang membahagiakan untukmu, tapi percayalah bahwa surga adalah tempat ternyaman untuk orang - orang yang sabar. Tetaplah tegar dalam menjalani hidup yang sementara ini, semoga lelahmu menjadikan mu manusia yang lebih baik lagi kedepannya dan pengalamanmu menjadi motivasi untuk kami anak- anak yang lebih beruntung darimu di dunia ini.